Sabtu, 27 Mei 2017

Jack sparrow Vs Cheng Ho

Siapa sangka #JackSparrow dalam film Pirates of the Caribbean adalah seorang muallaf. Lahir di daratan Inggris, merompak di perairan Eropa, kemudian ia melarikan diri ke Tunisia dan mengenal Islam di sana.

Saat itu, Tunisia di bawah kekuasaan Turki Ottoman. Ya, Jack Sparrow adalah seorang Muslim. Terus, bagaimana dengan Cheng Ho? Sama seperti Jack Sparrow, Cheng Ho adalah pelaut Muslim. Bedanya, Cheng Ho bukan muallaf, bahkan ia salah satu penyebar agama Islam.

Berbagai bukti sejarah menunjukkan bahwa penyebar agama Islam di Nusantara berasal dari Timur Tengah, Gujarat, dan Cina (Tiongkok).

Penyebar agama Islam yang terkenal dari Cina adalah Laksamana Cheng Ho (Zheng He). Menurut Matt Rosenberg, ekspedisi laut Cheng Ho dihelat puluhan tahun lebih awal ketimbang tiga pelaut kebanggaan Barat, yaitu Christopher Columbus, Vasco da Gama, dan Ferdinand Magellan. Tercatat, Cheng Ho tujuh kali melawat Nusantara. Jelas sudah, Cheng Ho bukan penjelajah ecek-ecek.

Lahir di Provinsi Yunan, Cheng Ho dibesarkan dalam keluarga Muslim dan ayahnya sudah berhaji. Jelas sudah, Cheng Ho bukan muslim ecek-ecek. Bukan pula muslim KTP. Wong, saat itu belum ada KTP, hehehe.

Ketika ke Samudera Pasai, Cheng Ho sempat memberi lonceng besar Cakra Donya kepada sultan setempat, yang kini tersimpan di museum di Banda Aceh. Alhamdulillah, saya pribadi pernah berkunjung ke Samudera Pasai, lokasi kerajaan Islam pertama di Indonesia.

Ketika ke Cirebon, Cheng Ho sempat memberi piring bertulis Ayat Kursi kepada sultan setempat, yang kini tersimpan di Keraton Kasepuhan Cirebon. Di antara kita pasti banyak yang pernah berkunjung ke sana.

Tulisan ini boleh Anda share. Kadang #sejarah perlu kita telusuri. Dengan begini, niscaya akan terpetik hikmah di sana-sini. Dan akhirnya, saat melihat perbedaan, kita masih bisa memahami dan berempati.

From: fb Ippho Santosa.

SIAPA BILANG HARTA TIDAK DIBAWA MATI

Haji Usman, pemilik salah satu usaha batik dan olahan texstil terkemuka di Yogyakarta, memang dikenal masyarakat atas kedermawanannya, seakan harta telah begitu tak berharga baginya.
Seakan dunia telah begitu hina dimatanya.
Inilah mungkin sosok nyata orang yg dunia di tangannya dan akhirat di hatinya.
Maka beberapa orang pengusaha muda yg bersemangat mendatangi beliau.
'Ajarkan pada kami Ji, bagaimana caranya agar kami seperti haji Usman.
Bisa bisnis maju sukses, tidak cinta pada harta dan tidak sayang pada kekayaan..hingga seperti haji Usman, bersadaqah terasa ringan'.
'Wah', sahut Haji Usman tertawa, 'Antum salah alamat' !
'Lho ?'
'Lha iya...kalian datang pada orang yg salah.
Lha saya ini *SANGAT SAYANG JG MENCINTAI HARTA SAYA.*
Saya ini sangat mencintai Aset yg saya miliki '.
'Lho ?'
'Kok lho. Lha sebab saking cinta dan sayangnya saya pada harta, SAMPAI-SAMPAI SAYA TIDAK RELA MENINGGALKAN HARTA SAYA DI DUNIA INI.
AKAN SAYA BAWA MATI DIKUBUR DENGAN HARTA BISNIS SAYA..
Saya itu TIDAK MAU BERPISAH dengan kekayaan saya.
Makanya sementara ini saya titip-titipkan dulu :
TITIP pada Masjid.
TITIP pada anak Yatim.
TITIP pada Fakir miskin.
TITIP pada Madrasah.
TITIP pada Pesantren.
TITIP pada pejuang fii sabilillah.
TITIP pada Guru2 Agama.
TITIP pada Karyawan yg rajin Ibadah.
TITIP pada sodara dan karyawan yg dirawat sakit.

Alhamdulillah ada yg berkenan mau dititipi, saya senang sekali.
Alhamdulillah ada yg sudi diamanati, saya bahagia sekali.
Insya Allah DI AKHIRAT NANTI SAYA BISA AMBIL LAGI, TITIPAN SAYA.
Saya ingin kekayaan saya itu dapat saya nikmati berlipat-lipat dialam kubur dan diakhirat'.
Jadi..! Siapa bilang harta tdk dibawa mati ?
Harta itu dibawa mati !!
Caranya ?
*JANGAN BAWA SENDIRI*...minta tolong dibawakan oleh anak Yatim, Fakir miskin, orang-orang yg berjuang di jalanNYA dll..dll.
Karena anak dan keluarga sy cuma kasih kain kafan putih saja ketika sy sdh meninggal nanti.
Semoga menjadi renungan kita para sahabat yg soleh dan solehah.

Selasa, 09 Mei 2017

Muhammad HezarFen Al Zahrawi story

Bunda makasih banget kadonya kemaren malem, kado yang paling berharga pengucapan paling romantis selama ini di depan anak kita bunda bilang "selamat ulang tahun ayah " maaf kemarin malam ayah agak cuek karena  ayah gag tau mau bersikap bgaimana, ayah sayang kalian berdua, sampai detik ini masa-masa indah beberapa detik itu kalau di ingat tiba-tiba makpyoh air mengalir deras membasahi pipi ini, keinget masa-masa pertama kali bunda positif hamil gimana senangnya ayah terus nyampek bunda ngasih nama hezarfen, tiap hari dielus-elus di rumah sakit bertiga ontok-ontokan hezarfen anake bunda dan ayah kau ini sangat nunggu nunggu kehadiranmu di dunia ini lo, perjuangan bundamu itu luar biasa yang dulunya takut pobia sama jarum memberanikan dirinya untuk di tujes-tujesin demi kamu saya hezarfen Kamu ntar jangan sampai bikin bundamu kecewa baik di dunia maupun di akhirat, kelak semoga kita ayah, bunda dan kamu Hezarfen bisa berkumpul bareng di Surga😂 TETAP SEMANGAT Hezarfen kesayangan Bunda dan Ayah.😘😫 😭

Kamis, 04 Mei 2017

Jangan Bangga ketika Anak Kita Juara Lomba Menyanyi

Setiap rumah tangga haruslah memiliki keinginan untuk mewujudkan keluarga yang sakinah, mawaddah wa rahmah. Sehingga setiap anggota keluarga harus memiliki peran dan menjalankan amanah tersebut. Sang suami sebagai kepala rumah tangga haruslah memberikan teladan yang baik dalam mengemban tanggung jawabnya karena Allah ‘Azza wa Jalla akan mempertanyakannya di hari Akhir kelak.

Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam:

كُلُّكُمْ رَاعٍ، وَكُلُّكُمْ مَسْؤُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ، وَاْلأَمِيْرُ رَاعٍ، وَالرَّجُلُ رَاعٍ عَلَى أَهْلِ بَيْتِهِ، وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ عَلَى بَيْتِ زَوْجِهَا وَوَلَدِهِ، فَكُلُّكُمْ رَاعٍ، وَكُلُّكُمْ مَسْؤُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ.

“Kamu sekalian adalah pemimpin, dan kamu sekalian bertanggung jawab atas orang yang dipimpinnya. Seorang Amir (raja) adalah pemimpin, seorang suami pun pemimpin atas keluarganya, dan isteri juga pemimpin bagi rumah suaminya dan anak-anaknya. Kamu sekalian adalah pemimpin dan kamu sekalian akan diminta pertanggungjawabannya atas kepemimpinannya.” [1]

Juga sabda beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam,

إِنَّ اللهَ سَائِلٌ كُلَّ رَاعٍ عَمَّا اسْتَرْعَاهُ أَحَفِظَ ذَلِكَ أَمْ ضَيَّعَ؟ حَتَّى يَسْأَلَ الرَّجُلَ عَنْ أَهْلِ بَيْتِهِ.

“Sesungguhnya Allah akan bertanya kepada setiap pemimpin tentang apa yang dipimpinnya. Apakah ia pelihara ataukah ia sia-siakan, hingga seseorang ditanya tentang keluarganya.” [2]

Seorang suami harus berusaha dengan sungguh-sungguh untuk menjadi suami yang shalih, dengan mengkaji ilmu-ilmu agama, memahaminya serta mengamalkan apa-apa yang diperintahkan oleh Allah ‘Azza wa Jalla dan Rasul-Nya, serta menjauhkan diri dari setiap yang dilarang oleh Allah ‘Azza wa Jalla dan Rasul-Nya. Kemudian dia mengajak dan membimbing sang isteri untuk berbuat demikian juga, sehingga anak-anaknya akan meneladani kedua orang tuanya karena tabiat anak memang cenderung untuk meniru apa-apa yang ada di sekitarnya.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mendidik anak, di antaranya:

1. Mendidik anak dengan cara-cara yang baik dan sabar agar mereka mengenal dan mencintai Allah, yang menciptakannya dan seluruh alam semesta, mengenal dan mencintai Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, yang pada diri beliau terdapat suri tauladan yang mulia, serta agar mereka mengenal dan memahami Islam untuk diamalkan. Ajarkanlah Tauhid, yaitu bagaimana mentauhidkan Allah, dan jauhkan serta laranglah anak dari berbuat syirik. Sebagaimanan nasihat Luqman kepada anaknya,

وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ ۖ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ

“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, ketika ia memberi pelajaran kepadanya, ‘Wahai anakku! Janganlah engkau memperskutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezhaliman yang besar.’” [Luqman: 13]

2. Pada usia balita (sekitar 2-5 tahun), kita ajarkan kepada mereka kalimat-kalimat yang baik serta bacaan Al-Qur-an, sebagaimana yang dicontohkan oleh para Shahabat dan generasi Tabi’in dan Tabi’ut Tabi’in, sehingga banyak dari mereka yang sudah hafal Al-Qur-an pada usia sangat belia.

Allah telah memberikan kelebihan kepada manusia pada masa kecilnya dengan kemampuan menghafal yang luar biasa. Oleh karena itu, orang tua harus pandai memanfaatkan kesempatan untuk mengajarkan anak-nya dengan hal-hal yang bermanfaat pada usia-usia balita. Usaha ini harus terus dijalankan, meskipun mungkin di sekitar tempat tinggal kita tidak ada sekolah semacam tahfizhul Qur-an. Kita dapat mengajarkannya di rumah kita, dengan kemampuan kita, karena pada dasarnya Al-Qur-an itu mudah.

3. Perhatian terhadap shalat juga harus menjadi prioritas utama bagi orang tua kepada anaknya. Shalat merupakan tiang agama, jika seseorang melalaikannya niscaya agama ini tidak bisa tegak pada dirinya. Shalat ini pulalah yang pertama kali akan dihisab oleh Allah di akhirat. Untuk itulah, hendaknya orang tua dengan tiada bosan senantiasa memberikan contoh dengan shalat di awal waktu dengan berjama’ah di masjid, mengajaknya serta menanyakan kepada anaknya apakah dia telah menunaikan shalatnya ataukah belum.

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مُـرُوْا أَوْلاَدَكُمْ بِالصَّـلاَةِ وَهُمْ أَبْنَاءُ سَبْعِ سِنِيْنَ، وَاضْرِبُوْهُمْ عَلَيْهَا، وَهُمْ أَبْنَاءُ عَشْرٍ، وَفَرِّقُوْا بَيْنَهُمْ فِي الْمَضَاجِعِ.

“Suruhlah anak kalian shalat ketika berumur 7 tahun, dan kalau sudah berusia 10 tahun meninggal-kan shalat, maka pukullah ia. Dan pisahkanlah tempat tidurnya (antara anak laki-laki dan anak wanita).” [3]

Mengajak isteri dan anak kita untuk melaksanakan shalat di awal waktu, merupakan salah satu perintah dari Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Allah ‘Azza wa Jalla memerintahkan kita untuk tetap sabar dalam menunaikan kewajiban ini, termasuk sabar dalam mengingatkan isteri dan anak kita untuk tetap menegakkannya.

وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلَاةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا ۖ لَا نَسْأَلُكَ رِزْقًا ۖ نَحْنُ نَرْزُقُكَ ۗ وَالْعَاقِبَةُ لِلتَّقْوَىٰ

“Dan perintahkanlah keluargamu melaksanakan shalat dan sabar dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rizki kepadamu, Kami-lah yang memberi rizki kepadamu. Dan akibat (yang baik di akhirat) adalah bagi orang yang bertaqwa.” [Thaahaa : 132]

Jika anak kita sudah berumur 10 tahun, hendaknya sang ayah mengajaknya untuk menunaikan kewajiban shalat dengan berjama’ah di awal waktu di masjid. Ini merupakan pendidikan praktis yang sangat bermanfaat, karena dalam benak si anak akan tertanam kebiasaan dan perhatian yang mendalam tentang kewajiban yang sangat mulia ini. Terdapat banyak sekali hikmah dan manfaat yang terkandung di dalamnya.

Seseorang yang lalai dalam shalatnya, maka ia akan mengikuti hawa nafsunya, sebagaimana firman Allah:

فَخَلَفَ مِنْ بَعْدِهِمْ خَلْفٌ أَضَاعُوا الصَّلَاةَ وَاتَّبَعُوا الشَّهَوَاتِ ۖ فَسَوْفَ يَلْقَوْنَ

“Kemudian datanglah setelah mereka, pengganti yang mengabaikan shalat dan mengikuti keinginannya, maka mereka kelak akan tersesat.” [Maryam (19): 59]

Bentuk menyia-nyiakan shalat di antaranya adalah melalaikan kewajiban shalat, menyia-nyiakan waktu shalat dengan tidak melaksanakannya di awal waktu. Yang dengan sebab itu, mereka akan menemui kesesatan, kerugian dan keburukan.

Wallaahu a’lam bish shawaab.[4]

4. Perhatian orang tua kepada anaknya juga dalam hal akhlaknya.
Anak harus diajarkan akhlak yang mulia, jujur, berkata baik dan benar, berlaku baik kepada keluarga, saudara, tetangga, juga menyayangi yang lebih kecil serta menghormati yang lebih tua, dan yang harus menjadi penekanan utama adalah akhlak (berbakti) kepada orang tua.

Durhaka kepada kedua orang tua termasuk dosa besar yang paling besar setelah syirik (menyekutukan Allah). Orang tua haruslah memberikan teladan kepada anaknya dengan cara dia pun berbakti kepada orang tuanya dan berakhlak mulia.

5. Juga perlu diperhatikan teman pergaulan anaknya, karena sangat bisa jadi pengaruh jelek temannya akan berimbas pada perilaku dan akhlak anaknya.

Sebagaimana yang disampaikan oleh Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam:

اَلرَّجُلُ عَلَى دِيْنِ خَلِيْلِهِ، فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ.

“Seseorang bergantung pada agama temannya. Maka hendaknya ia melihat dengan siapa dia berteman.” [5]

Apalagi kita mengetahui bahwa sesuatu yang jelek akan mudah sekali mempengaruhi hal-hal yang baik, namun tidak sebaliknya, terlebih dalam pergaulan muda-mudi seperti sekarang ini yang cenderung melanggar batas-batas etika seorang muslim. Mereka saling berkhalwat (berdua-duaan antara lawan jenis), sehingga bisikan syaitan mudah sekali menjerumuskan dirinya ke jurang kenistaan.

Atau pengaruh obat-obat terlarang yang dapat menjadikan dirinya bergantung dan merasa ketagihan terhadap obat-obat penenang yang diharamkan oleh Allah. Penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan (NARKOBA) yang dilakukan generasi muda kaum muslimin telah banyak menjeremuskan mereka kepada kehinaan dan kesengsaraan.

Usaha yang telah kita curahkan beberapa tahun bisa saja menjadi sia-sia hanya karena anak kita salah memilih teman bermain atau teman di sekolah. Untuk itu, haruslah diperhatikan akhlak teman anak kita, apakah temannya itu memiliki pemahaman agama yang baik, apakah shalatnya baik, apakah dia senan-tiasa nasihat-menasihati dan tolong-menolong dalam kebajikan??

6. Berdo’a kepada Allah ‘Azza wa Jalla pada waktu-waktu yang mustajab
Di samping ikhtiar yang dilakukan untuk menjadikan isterinya sebagai isteri yang shalihah, hendaknya sang suami juga memanjatkan do’a kepada Allah ‘Azza wa Jalla pada waktu-waktu yang mustajab (waktu terkabulkannya do’a), seperti sepertiga malam yang terakhir, agar keluarganya dijadikan keluarga yang sakinah, mawaddah wa rahmah, agar dia, isterinya, dan anak-anaknya dijadikan orang-orang yang shalih dan shalihah.

Seperti do’a yang tercantum di dalam Al-Qur-an:

رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا

“…Ya Rabb kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertaqwa.” [Al-Furqaan : 74]

Paling tidak, seorang suami hendaknya bisa menjadi teladan dalam keluarganya, dihormati oleh sang isteri dan anak-anaknya, kemudian mereka menjadi hamba-hamba Allah yang shalih dan shalihah, bertaqwa kepada Allah ‘Azza wa Jalla.

Aamiin.

Ustadz. Yazid Bin Abdul Qodir Jawas

[Disalin dari buku Bingkisan Istimewa Menuju Keluarga Sakinah, Penulis Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Penerbit Pustaka At-Taqwa Bogor – Jawa Barat, Cet Ke II Dzul Qa’dah 1427H/Desember 2006]
_______
Footnote
[1]. Hadits shahih: Diriwayatkan oleh al-Bukhari (no. 893, 5188, 5200), Muslim (no. 1829), Ahmad (II/5, 54, 111) dari Ibnu ‘Umar radhi-yallaahu ‘anhuma. Lafazh ini milik al-Bukhari.
[2]. Hadits shahih: Diriwayatkan oleh an-Nasa-i dalam ‘Isyratun Nisaa’ (no. 292) dan Ibnu Hibban (no. 1562) dari Shahabat Anas bin Malik radhiyallaahu ‘anhu. Al-Hafizh Ibnu Hajar menshahihkan hadits ini dalam Fat-hul Baari (XIII/113), lihat Silsilah ash-Shahiihah (no. 1636).
[3]. Hadits hasan: Diriwayatkan oleh Abu Dawud (no. 495), Ahmad (II/180, 187) dengan sanad hasan, dari ‘Amr bin Syu’aib, dari ayahnya, dari kakeknya radhiyallaahu ‘anhum.
[4]. Lihat Tafsiir Ibnu Katsir (III/141-143).
[5]. Hadits shahih: Diriwayatkan oleh Abu Dawud (no. 4833), at-Tirmidzi (no. 2378), Ahmad (II/303, 334) dan al-Hakim (IV/171), dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu.

Sedekah Jariyah pahalanya akan terus mengalir sepeninggal kita..
ia adalah SAHAM kita..
Karena ia akan mendatangkan pintu-pintu kebaikan dan menambah kebaikan-kebaikan yg lain..
Dan pahalanya akan terus mengalir walau kita telah tiada..

📦 Salurkan Infaq Terbaik Anda Ke Masjid Asy-Syifa Plawad-Karawang Melalui

🏦 BNI Syariah Cab. Karawang
💳No. Rek : _07-800-900-18_
an. _Dewan Kemakmuran Masjid Asy-Syifa_

📲 Konfirmasi Transfer
SMS/WA : 0856 8265 746
📱 Dengan Format
Nama#Domisili#JumlahTransfer#Tanggal
📱 Contoh
AbuBakar#Karawang#1000000#200317

“Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu." (Muhammad: 7).

Info selengkapnya
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=928212137319808&substory_index=0&id=640369842770707