Sabtu, 10 September 2016

Agar kita TerCukupi

Kita sepakat bahwa yang paling penting bagi kita bukanlah ‘banyak’. Tapi, yang paling penting bagi kita adalah ‘cukup’. Banyak itu relatif, sedangkan cukup itu terukur. Uang banyak belum tentu cukup, yaitu kalau keperluannya melampaui jumlah uangnya.

Jika kita mendengar uang sejumlah lima miliar, maka mungkin kita akan menyebutnya banyak. Tapi jika keperluannya sebesar enam miliar, maka cukup atau tidak? Tentu tidak. Jadi bagi kita tidak penting jumlah, yang penting adalah cukup. Yang penting cukup makan, bukan banyak makan. Yang penting istirahat cukup, bukan banyak istirahat.

Setiap sesuatu yang melampaui cukup adalah berlebihan. Sedangkan berlebihan adalah sesuatu yang tidak disukai oleh Alloh Swt. Orang yang berlebihan itu saudaranya syaitan. Jadi, kita tidak boleh tergiur untuk bersikap berlebihan.

Alloh Swt. berfirman, “Dan janganlah kamu sekalian berlebih-lebihan. Sesungguhnya Alloh tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan.” (QS. Al An’am [6] : 141)

Dalam ayat-Nya yang lain, Alloh Swt. berfirman, “Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan.” (QS. Al Isra [17] : 26-27)

Lantas saudaraku, bagaimana agar Alloh Swt. mencukupi kebutuhan kita? Jawabannya adalah dengan bertawakal. Alloh Swt. berfirman, “Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Alloh, niscaya Alloh akan mencukupkan (keperluan)nya.” (QS. Ath Tholaq [65] : 3)

Mengapa kita harus tawakal kepada Alloh Swt.? Karena Alloh yang menciptakan kita, dan karena Alloh yang paling mengetahui keperluan kita. Kemudian, keperluan yang ada pada diri kita pun, itu adalah ciptaan Alloh Swt. Kita tidak paham keperluan kita yang sebenarnya, karena tubuh ini bukan ciptaan kita. Kita tidak paham kebutuhan nutrisi harian kita sebenarnya seperti apa. Ahli kesehatan pun hanya memahami secara terbatas saja, tidak sempurna.

Tubuh kita ini diperkirakan terdiri dari 100an triliun sel! Seluruhnya memiliki kebutuhan, dan kita tidak mengerti apa dan bagaimana caranya memenuhi kebutuhan itu. Akan tetapi, belasan, puluhan tahun kita hidup, tanpa kita sadari semua kebutuhan itu ternyata cukup. Sungguh tidak terbayangkan kalau kita tahu seluruh kebutuhannya dan kita harus mencukupinya, betapa berat sekali hidup ini.

Dalam kondisi sekarang ini, saat kita telah tumbuh berkembang, mampu berpikir dan berikhtiar, mungkin masih mendingan. Coba jikalau kita pikirkan saat kita masih berupa janin di dalam rahim ibu kita. Kita belum mampu berpikir apalagi berikhtiar. Namun, seluruh kebutuhan kita, cukup. Alloh Swt. yang mencukupi kita. Padahal kebutuhan sebuah janin untuk bisa tumbuh dari setiap fase ke fase berikutnya itu sangat rumit.

Jadi tidak perlu risau dengan keperluan kita. Tiba-tiba perut lapar, itu adalah sunnatulloh. Kita tidak mengerti mengapa perut kita harus lapar. Kita juga tidak mengerti mengapa tubuh kita bisa haus, mengapa tubuh kita ingin bernafas. Semua kondisi itu adalah ciptaan Alloh Swt. Termasuk rasa sedih, takut, dan cinta.

Semoga kita termasuk hamba-hamba Alloh yang bertawakal kepada-Nya. Berserah diri semenjak awal hingga akhir perjalanan hidup kita, yang diiringi dengan memaksimalkan doa dan ikhtiar.

Sumber: https://www.facebook.com/KH.Abdullah.Gymnastiar/

Tidak ada komentar: