Nama Said Iqbal sebagai tokoh buruh terus mencuat akhir-akhir ini. Jika pada masa orde baru lalu, tokoh yang terlihat dan selalu dikaitkan dengan buruh adalah mereka yang berasal dari luar lingkaran buruh, pada masa orde reformasi, tokoh yang hadir adalah mereka yang berasal dari kalangan buruh sendiri.
Said Iqbal adalah sarjana S2 lulusan Universitas Indonesia yang lebih memilih mengabdikan diri pada usaha-usaha untuk memanusiakan buruh. Kiranya mau memilih, dengan segala potensi dan gelar akademiknya kiranya, tokoh muda Indonesia ini bias mencicipi bidang lain yang tidak terlalu mengeluarkan keringat namun menghasilkan uang yang lebih berlimpah. Namun, ia memilih dunia buruh.
Dari sumber-sumber di website Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia, Iqbal, lelaki kelahiran Jakarta, 5 Juli 1968 tercatat menyelesaikan pendidikan di SMAN 51 Jakarta (1987 tamat sebagai juara umum), Politeknik (Teknik Mesin) Universitas Indonesia, Sarjana (S1) Teknik Mesin Universitas Jaya Baya, Master Ekonomi (S2) Universitas Indonesia.
Staff Pabrik Yang Memilih Jadi Aktivis
Iqbal pertama kali turun sebagai aktivis buruh di Serikat Pekerja tempatnya bekerja di Perusahaan Elektronika di Kabupaten Bekasi pada tahun 1992. Kemudian pasca reformasi dan pemerintah membebaskan pendirian serikat pekerja tanpa harus berafiliasi kepada Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI), Iqbal bersama tokoh buruh lainnya mendirikan Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI).
Di FSPMI, pada tahun 1999-2006, Iqbal dipercaya sebagai sekretaris jenderal, kemudian pada periode berikutnya hingga saat ini, Iqbal mendapat amanah sebagai presiden. Setelah kokoh di FSPMI dengan segala daya upayanya menyejahterakan buruh. Tercatat, proses penentuan upah buruh semakin membaik dari tahun ke tahun. Komponen Hidup Layak (KHL) menjadi poin utama dalam penentuan Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK) yang melibatkan tiga pihak: pemerintah, pengusaha dan buruh.
Di FSPMI, pada tahun 1999-2006, Iqbal dipercaya sebagai sekretaris jenderal, kemudian pada periode berikutnya hingga saat ini, Iqbal mendapat amanah sebagai presiden. Setelah kokoh di FSPMI dengan segala daya upayanya menyejahterakan buruh. Tercatat, proses penentuan upah buruh semakin membaik dari tahun ke tahun. Komponen Hidup Layak (KHL) menjadi poin utama dalam penentuan Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK) yang melibatkan tiga pihak: pemerintah, pengusaha dan buruh.
Peran Iqbal semakin terlihat ketika ia berhasil membuat “perkumpulan” yang lebih besar dalam Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) yang mewadahi FSPMI, SPN, ASPEK INDONESIA, hingga PB PGRI, maka tidak heran jika kini, isu tentang pengangkatan guru honorer pun muncul dalam aksi-aksi buruh.
Pada tahun 2013 lalu, Iqbal meraih penghargaan internasional sebagai Tokoh Buruh Terbaik Dunia, The Febe Elisabeth Velasquez Award oleh serikat pekerja Belanda, FNV. Penghargaan ini diberika bagi mereka, para aktivis buruh yang berjuang demi tegaknya hak-hak buruh di negara masing-masing. Dalam pemilihan itu, Said Iqbal menyisihkan 200 kandidat lainnya dari seluruh dunia berkat militansinya mengawal demokrasi dan kebebasan berserikat melalui FSPMI dan KSPI.
Konsep yang ia usung dalam memperjuangkan nasib buruh adalah KLA (Konsep, Lobi, Aksi). Selain orator ulung, Iqbal juga jago menulis. Ia secara rutin menuliskan gagasannya tentang perjuangan buruh di Koran Perjuangan, media cetak internal yang dimiliki FSPMI. Jika tampil di televisi pun, Iqbal tak lagi canggung saat harus berhadapan dengan lawan bicara yang bersebrangan pendapat. Iqbal juga tak bicara omong kosong karena selalu didasari data-data.
Prestasi puncak Iqbal hingga saat ini adalah Gerakan HOSTUM (Hapus Outsourching dan Tolak Upah Murah) pada tahun 2012-2013. Gelombang protes dan mogok masal sempat menggejala secara nasional, sesuatu yang belum pernah terjadi pada masa sebelumnya. Iqbal bersama gerakan buruhnya juga berhasil menekan pemerintah dan parlemen pada waktu itu untuk mewujudkan Jaminan Kesehatan Nasional dan Jaminan Pensiun bagi buruh. Walaupun dalam taraf pelaksanaannya belum seperti yang diharapkan.
Tidak Anti Politik Praktis
Dalam garis perjuangannya, Iqbal tidak anti politik praktis dan menganggap jalur politik praktis juga bagian dari proses perjuangan mewujudkan ide-idenya. Di ranah politik praktis, Iqbal pernah direkrut Partai Keadilan Sejahtera pada Pemilu 2009 menjadi calon anggota legislatif untuk DPR RI daerah pemilihan Kepulauan Riau. Sementara pada pemilu presiden tahun 2014, Iqbal memilih bergabung dengan Koalisi Merah Putih yang mengusung Prabowo Subianto. Iqbal mengajukan beberapa perjanjian yang ditanda tangani Prabowo. Hal ini pula yang membuat pendukung Jokowi meradang, bahkan hingga saat ini.
Apapun itu, Ir H Said Iqbal, ME adalah fenomena perburuhan tanah air. Seseorang yang mampu menggerakan ribuan orang dengan pemikiran berbeda dalam satu cita-cita. Kesejahterann Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
Merdeka!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar