Review Kajian Pejuang Subuh Tangerang
Ahad, 13 November 2016
Masjid An-Nabawi, Banjar Wijaya
Ust. Bendri Jaisyurrahman
Parenting Series
===================
Sosok Di Balik Penakluk Konstantinopel
===================
Kali ini kita mencoba meneladani seorang sosok yang menaklukkan benteng yang sangat kuat yang belum pernah bisa ditembus oleh kaum Muslimin.
Dia adalah Muhammad Al-Fatih. Ketika umurnya 21 tahun beliau menjadi seorang sultan. Kalau kita bisa lihat, generasi terbaik adakah generasi Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Pada Surat Al-Imran ayat 110, Allah subhanahu wa ta'ala berfirman dengan tegas :
كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَلَوْ آمَنَ أَهْلُ الْكِتابِ لَكانَ خَيْراً لَهُمْ مِنْهُمُ الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ الْفاسِقُونَ
" Kalian adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik. "
Hal ini juga diperkuat dalam hadits. Dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shalallahu ‘Alaihi wa sallam bersabda:
خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِي ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ
“Sebaik-baik manusia adalah zamanku, dan kemudian setelahnya, dan kemudian setelahnya.” (HR. Bukhari No. 2509, 3451, 6065, 6282. Muslim No. 2533. At Tirmidzi No. 2320, dari Imran bin Al Hushain)
Ulama menafsirkan, semakin jauh jarak dari generasi Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, semakin menurun kualitasnya, kecuali generasi yang disebutkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Sebagai contoh, ada seorang tabi'in bernama Uwais Al-Qarni rahimahulllah. Suatu ketika Umar bin Khattab radhiyallahu 'anhu bertemu dengan Uwais dan beliau meminta dido'akan oleh Uwais untuk diampunkan dosanya oleh Allah subhanahu wa ta'ala. Ini adalah bukti bahwa generasi yang dimaksud oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam adalah generasi tabi'in yang disebutkan sebagai generasi terbaik setelah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.
Begitu juga dengan Muhammad Al-Fatih yang jaraknya sekitar 8 abad dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam atau sekitar 600 keturunan. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pernah bersabda tentang kemunculan Muhammad Al-Fatih :
" Konstantinopel akan ditaklukkan oleh tentara Islam. Rajanya adalah sebaik-baik raja , tentaranya adalah sebaik-baik tentara "
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengabarkan dari hadits ini, bahwa 8 abad sebelum kemunculan Muhammad Al-Fatih Allah subhanahu wa ta'ala telah merencanakan kemunculan Muhammad Al-Fatih. Orang-orang yang memiliki kualitas kehadirannya tidak tiba-tiba. Seperti kedatangan Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam. Nasrani dan Yahudi sudah mengetahui kedatangannya melalui kitab mereka. Bahwasanya akan datang seorang Nabi di tanah yang banyak pohon kurmanya dan tandus. Hadirnya Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam disebutkan oleh Nabi Ibrahim 'alaihi salam ketika Nabi Ibrahim masih hidup. Surat Al-Baqarah ayat 129, Allah subhanahu wa ta'ala berfirman :
رَبَّنَا وَابْعَثْ فِيهِمْ رَسُولًا مِنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِكَ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَيُزَكِّيهِمْ ۚ إِنَّكَ أَنْتَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
" Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka seorang rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau dan mengajarkan kepada mereka Al-Kitab (Al-Qur'an) dan hikmah serta menyucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. "
Berarti Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam sudah diprediksi kedatangannya semenjak 4 abad sebelumnya. Ini membuktikan do'a Nabi Ibrahim 'alaihi salam terkabul.
Meskipun Muhammad Al-Fatih bukan seorang tabi'in, beliau lahir sekitar 1400 tahun sekian. Dan sungguh pemimpin terbaik adalah beliau, dan pasukan terbaik adalah pasukan beliau, seperti yang pernah disabdakan oleh Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam. Maka penting bagi kita untuk memahami kemunculan Muhammad Al-Fatih dan banyak yang harus kita pelajari dari beliau. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam adalah manusia terbaik. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam ditempa dengan baik oleh Allah subhanahu wa ta'ala.
Muhammad Al-Fatih berasal dari pejuang. Ayahnya adalah Sultan Murad II. Ketika ayahnya menjadi Sultan dari Turki Utsmani, beliau menginginkan Konstantinopel dapat ditembus di zamannya. Namun, usahanya gagal. Beliau sadar Konstantinopel tidak jatuh di tangannya pada zamannya. Kemudian dia mewariskan kepada anaknya, yaitu Muhammad Al-Fatih
Beberapa pelajaran yang dapat diambil dari kisahnya
------------------------------------
1. Peran Seorang Ayah untuk Mendidik Anaknya Sangat Penting
Muhammad Al-Fatih adalah sosok yang belajar dari kecil mengenai pembicaraan ayahnya tentang perjuangan. Dan beliau belajar keteladanan dari ayahnya, Sultan Murad II. Jika ayahnya seorang pejuang, maka anaknya juga pejuang. Jika ayahnya pecundang, maka anaknya juga pecundang. Kita juga bisa melihat sosok Nabi Ibrahim 'alaihi salam dalam mempelajari tauhid. Ketika Nabi Ibrahim 'alaihi salam bertauhid, beliau menghancurkan seluruh berhala. Dan beliau tidak suka menunda-nunda perintah Allah subhanahu wa ta'ala. Ketika turun ayat khitan, beliau langsung mengambil kampak dan melaksanakan perintah itu. Namun, ini adalah kesalahan teknis yang dilakukan oleh beliau karena belum memdapat instruksi dari Allah subhanahu wa ta'ala. Lalu beliau berkata, " saya tidak akan menunda-nunda perintah-Mu "
Dijelaskan dalam Surat Ash-Shaffat ayat 102, Allah subhanahu wa ta'ala berfirman :
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ
Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata, "Hai Anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab, "Hai Bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.”
Pada ayat ini Nabi Ibrahim 'alaihi salam diperintahkan oleh Allah subhanahu wa ta'ala untuk menyembelih Ismail, anaknya. Dengan keteguhan dan keteladanan Ismail yang didapat dari ayahnya, maka Ismail bersedia untuk disembelih.
Walaupun Muhammad Al-Fatih belum mendapat jalan dari ayahnya, ia menjadi yang terbaik.
-------------------------------------
2. Memberikan Guru yang Terbaik
Ayahnya berpikir, ketika ia dalam kesibukan, tidak mungkin anaknya dididik dengan sambilan. Akhirnya ayahnya mencarikan seorang guru untuk anaknya yang bernama Syeikh Ahmad bin Ismail Al Qurani dan Syeikh Aaq Syamsudin. Ayahnya menyampaikan visi kepada kedua orang guru tersebut untuk mendidik Muhammad Al-Fatih sebagai penakluk Konstantinopel. Dari sini kita belajar, bahwa untuk mencetak anak yang hebat diperlukan juga guru yang hebat
--------------------------------------
3. Bagaimana Muhammad Al-Fatih Menaklukkan Konstantinopel
Karena Muhammad Al-Fatih memiliki tujuan yang jelas ( Road Map) yang ditularkan oleh ayahnya dan gurunya. Ayahnya mengamanahkan kepada Syeikh Quroni sebuah pecut jika anaknya melewati pelajaran. Memuliakan guru termasuk adab dalam berilmu. Kisah seorang guru bernama Al-Kisai yang dimuliakan oleh dua anak putra mahkota dari Sultan Ar-Rasyid. Kedua anaknya berebut memasangkan sandal gurunya. Kemudian mereka pasangkan sandal ke gurunya dengan adil. Dan gurunya mengucapkan terima kasih kepada keduanya. Kemudian Sultan Ar-Rasyid bertanya kepada Al-Kisai, " siapa orang yang paling mulia disini? " Kemudian Al-Kisai menjawab, " tentu saja Anda Ya Amirul Mukminin, orang yang paling mulia ". Kemudian Sultan Ar-Rasyid menjawab, " bukan, orang yang mulia adalah orang yang dimana putra mahkota berebut memasangkan sandalnya ". Guru Al-Kisai menjawab, " jika begitu, saya akan mencegah mereka besok ". Sultan itu menjawab, " jangan. Kalau kau mencegahnya maka aku akan menghukummu"
Syaikh Al-Quroni mendapat pecut untuk anaknya Muhammad Al-Fatih. Suatu ketika Muhammad Al-Fatih bangun pagi. Kemudian diperintahkan berlari ke arah selat. Kemudian saat matahari terbit, gurunya menepuk bahunya dan berkata, " lihatlah di depan matamu, apakah kau melihat benteng itu ? ". Al-Fatih menjawab, " itu adalah Konstantinopel ". Maka guru itu berkata, " Rasulullah telah bersabda, dan aku berharap kau yang menaklukkannya ".
-------------------------------------
4. Harus Ada Run Down
Surat Al-Hasyr ayat 18, Allah berfirman :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
" Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. "
Anak-anak zaman sekarang banyak yang tidak jelas arah hidupnya kemana, besok mau berbuat apa juga tidak tahu. Ciri-ciri orang yang seperti itu antara lain lebih banyak tidur, lebih banyak makan, bermain gadget, menonton tv, dan menjahili adiknya. Anak-anak yang memiliki road map jelas rundownnya. Ketika Muhammad Al-Fatih berumur 7 tahun beliau tidak pernah meninggalkan shalat wajib lima waktu dan selalu mengerjakan shalat sunnah rawatib. Pasukan yang baik juga bukan dari kemampuan fisik, tapi kemampuan spiritualnya. Beliau mempelajari 7 bahasa untuk bernegoisasi. Karena menaklukan juga dari segi bahasa. Beliau pun juga belajar ilmu beladiri untuk berperang.
-------------------------------------
5. Membentuk Sebuah Komunitas
Menjadi seorang pejuang tidak bisa dilakukan sendirian. Muhammad Al-Fatih membuat sebuah komunitas dengan menerapkan shalat lima waktu kepada teman-temannya. Gurunya juga mendidik teman dari Muhammad Al-Fatih. Komunitas sangat mempengaruhi. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam juga pernah mempunyai komunitas pada umur 21 tahun. Beliau sudah aktif di organisasi kebaikan
--------------------------------------
PENUTUP
Dari kisah sang penakluk Konstantinopel, Muhammad Al-Fatih, kita dapat mengambil pelajaran bahwa peran penting seorang ayah adalah menjadikan anaknya sebagai pejuang. Mencetak anak yang memiliki jiwa sebagi pejuang haruslah dicontohkan oleh orangtuanya terlebih dahulu, terutama seorang ayah. Mulailah dari sekarang, kita memperbanyak ilmu dan membangun jiwa pejuang kita agar kelak kita juga akan menghasilkan generasi pejuang juga
Allahu a'lam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar