Perempuan biasa nan sederhana itu
ku panggil ibu
Wanita yang telah menyediakan
rahimnya untuk hidupku
Membawa ke mana pergi meski
teramat sering kepayahan
Sembilan bulan lamanya
Wanita yang telah berjuang
bertaruh nyawa tuk hidupku
Hadirku adalah bahagianya, senyum
tulus rekah menyambut
Meski nantinya aku hanya akan
menambah pekerjaan bagimu
Tapi tak pernah aku, kami,
dianggap beban
Bagimu… aku, kami…adalah
anugerah titipan terindah
Perempuan biasa nan sederhana itu
ku panggil ibu
Wanita mulia, madrasah awal kami
anak-anaknya
Guru pertama dan utama yang
membentuk kami
Kenalkan pada Robb Yang Maha
Ajari kami menghamba, menuntun
kami dirikan shalat
Mengeja ayat-ayat dalam lisan dan
laku
Ajari kami mencinta dari apa-apa
yang di cipta
Ajari kami huruf, angka, membaca,
menulis dan berhitung
Ajari kami tentang hidup dan
kehidupan
Perempuan biasa nan sederhana itu
ku panggil ibu
Wanita yang mendidik penuh cinta
Meski untuk sesaat…terkadang ada
keluh di antara lelah dan penatmu
Ku mengerti…
Engkau wanita kuat, meski di
tengah badai kesulitan hidup yang
menghimpit
Tetap curahkan cinta dan kasih
sayang tulusmu
Meski tertatih, terseok, tersaruk…
kau upayakan segala
Hidup sederhana bersahaja jika tak
boleh kusebut sebagai prihatin, kau
lakoni
Inginmu tak menjadi penting
Bahkan mungkin engkau pun telah
lupa apa yang kau ingini tuk dirimu
Bagimu, kami anak-anakmu atas
dirimu
Ibu…
Kekuatan di sebalik sederhanamu
itu, membajai semangat juang tuk
mendidik kami-permata hatimu
Tuk cita-cita besarmu miliki anak-
anak yang shalih dan shalihah
Tabungan hari depan yang kekal,
kelak ketika waktumu telah sampai
Menjadi penolong bagimu, begitu
terpatri dan kau semat di hatimu
Perempuan biasa nan sederhana itu
ku panggil ibu
Ibu yang hebat bagiku dan kami
anak-anakmu
Ibu yang tidak hanya sebagai guru
Ibu yang ada kalanya menjadi
teman, tempat kami membawa
cerita
Ketika masa remaja dan dewasa
mengurai kisah perjalanan
Tentang cinta, ketertarikan,
pergaulan, pernikahan, keluarga,
Ah … tentang banyak hal engkau
ada untuk kami
Ibu… meski besar cinta dan kasih
sayangmu
Tapi marah dan menghukum kami
juga menjadi ekspresi cintamu
Karena bagimu, mencintai tak
selalu berarti memberi, memenuhi
ingin kami
Aku masih ingat ibu, bagaimana
cemas dan marahnya engkau ketika
anak gadismu belum lagi masuk ke
rumah kita padahal tirai terang
telah pergi berganti gelap
Ketika itu aku tak mengerti
mengapa engkau begitu marah
Meski yang kami lakukan adalah hal
baik dan engkau percaya itu
Tapi “Di luar rumah ketika malam
telah datang tak baik untuk gadis
apalagi kalau hanya untuk sekadar
sesuatu yang tidak begitu penting”,
selalu begitu katamu
Juga masih kuingat, marah matamu
melihat rokku yang hanya sebatas
lutut, baju kaos dan celana panjang
ketatku
“Engkau tidak akan semakin cantik
di buat pakaian ini anakku” ujarmu
bijaksana
“Hanya akan membuatmu rendah,
di nilai hanya sebatas tampilan
fisikmu, meski banyak kelebihan
pada dirimu”
Ah ibu…masih banyak yang lain
Dan semuanya, kini ku tahu dan
mengerti, tak lebih untuk diriku,
demi kebaikanku, masa depanku
Perempuan biasa nan sederhana itu
ku panggil ibu
Wanita yang darahnya mengalir di
tubuhku juga saudara-saudaraku
Bukan satu, dua atau tiga saudara
seperti orang kebanyakan
Tapi lebih dari sepuluh
Angka yang selalu membuat orang-
orang kaget, heran juga kagum
mendengarnya
Aku salut, bangga padamu ibu
Meski banyak amanah yang di
titipkanNya padamu
Tapi engkau tak pernah terpikir
untuk menitipkan kami pada baby
sitter,
Atau di tempat penitipan anak,
seperti yang banyak dipilih oleh ibu
di masa kini
Ya…bagaimana mungkin engkau
mampu melakukannya sementara
kami adalah permata hati bagimu
Bagaimana mungkin engkau
sanggup membiarkan kami lebih
dekat dengan selain engkau
Sementara bersama kami adalah
bahagiamu
Meski, tugasmu tidak hanya di
rumah, mengurusi kami dan rumah
kita
Tapi tak pernah ada pembantu di
rumah kita
Engkau sanggup melakukan semua
Di tengah kesibukanmu membantu
ayah
Sering aku membayangkan dan
memikirkan bagaimana engkau
melalui dan melakukan semua itu
dulu
Sementara kini, satu-dua anak saja
sudah kerepotan
Apa aku bisa menjadi ibu seperti
dirimu nantinya? Entahlah…
Ya, engkau wanita dan ibu yang
kuat…
Apalagi alasannya, kalau bukan
karena cinta dan kasih sayangmu
ibu
Aku yakin itu, meski engkau…
dengan sikap dan ekspresi
sederhana cinta dan kasih
sayangmu tak pernah melisankan
itu
Tapi ini semua lebih…lebih…dan
lebih dari cukup untuk nyatakan itu
Perempuan biasa nan sederhana itu
ku panggil ibu
Sujud-sujudmu selalu teriring
pengharapan terbaik bagi kami
Doa-doamu adalah kekuatan kami
Keikhlasanmu, ridhamu…kunci
sukses kami
Perempuan biasa nan sederhana itu
ku panggil ibu
Ibu terbaik bagiku untuk hidupku
Syukurku terlahir dari rahimmu,
menjadi anakmu…meski apapun
Ibu…cinta kasihmu sesejuk embun
di pagi hari
seindah bunga-bunga di taman
seharum wangian kesturi
Terima kasih tuk semua jerih payah
dan pengorbananmu
Terima kasih telah menjadi ibu
terbaik bagiku
Terima kasihku untuk semua
Teriring doaku, semoga Sang
Pemilik mengampuni semua
dosamu
Menyayangimu lebih dari engkau
menyayangiku, memberkahi
hidupmu hingga engkau mati.
Minggu, 13 Januari 2013
KUPANGGIL IBU
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar